Jalak Bali ( Leucopsor rothchildi ) atau curik bali adalah burung yang dicari oleh banyak orang. Sehingga harga jualnya pun menjadi mahal, tergantung dari kwalitas dan kicauannya dari Jalak Bali itu sendiri. Selain ocehannya yang merdu, Jalak Bali mempunyai bulu dan warna yang menarik, matanya berwarna coklat tua, kelopak matanya berwarna biru tua dan jambul kepalanya yang membuatnya kelihatan lebih menarik dibanding burung lainnya.
Penemuan Jalak Bali pertama kali dilaporkan oleh Dr.Baron Streessmann, seorang ahli burung berkebangsaan Inggris, pada 24 Maret 1911. Nama ilmiah Leucopsor rothchildi diambil dari nama Walter Rothschild, pakar hewan asal Inggris, yang pertama kali mendeskripsikan spesies tersebut pada tahun 1912.
Jalak Bali termasuk burung yang sangat mudah dijinakkan, namun sulit ditentukan jenis kelaminnya. Sayangnya burung ini adalah binatang endemik karena hanya dapat ditemukan di Bali (saat ini hanya di dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat). Dikehidupan liar, Jalak Bali tidak pernah dijumpai dibelahan bumi mana pun. Namun demikian Jalak Bali bisa ditangkarkan di dalam kandang.
Kepunahan Jalak Bali di habitat aslinya disebabkan oleh penggundulan hutan dan perdagangan liar. Sejak tahun 1991, satwa yang termasuk kategori kritis dalam Redilist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Menurut sensus, hewan jenis ini hanya tinggal 24-28 ekor. Padahal tahun sebelumnya masih berjumlah 42-48 ekor. Tak heran jika pada tahun 1995 didirikan pusat penangkaran di Buleleng. Tujuannya untuk menghindari kepunahan Jalak Bali.
Kepunahan Jalak Bali memang menjadi ancaman serius. Ironisnya pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak Bali yang berada di pusat penangkaran dirampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan tersebut ke alam bebas.
Selain kicauannya yang indah, Jalak Bali mempunyai daya tarik yang luar biasa. Tak heran bila pemburu liar dan kolektor burung tergiur dengan pesonanya. Hal ini tampak dari ciri-ciri atau karakteristik Jalak Bali yang khas, yaitu:
1. Ukuran.
Jalak Bali memiliki ukuran panjang kurang lebih 25cm. Tubuhnya mungil sebesar kepalan tangan bayi dengan berat 80-100 gram. Sulit membedakan ukuran badan Jalak Bali jantan dan betina, namun secara umum yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang lebih panjang.
2. Bulu.
Warna bulu disekujur tubuhnya putih bersih dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Pipinya tidak ditumbuhi bulu. Sedangkan jenis-jenis jalak lainnya mempunyai warna bulu yang berbeda, misalnya jalak kebo yang bulunya berwarna hitam, jalak belong berwarna coklat dan jalak suren berwarna hitam putih.
3. Mata.
Jalak Bali mempunyai mata yang berwarna coklat tua, sedangkan daerah di sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua. Ini tampak kontras dengan bulu badannya.
4. Jambul.
Kepalanya dihiasi jambul yang tersusun atas beberapa helai bulu berwarna kuning muda. Keindahan yang mempesona ini terdapat pada jenis kelamin jantan maupun betina. Bedanya, Jalak Bali jantan mempunyai jambul yang berukuran lebih panjang.
5. Kaki.
Jalak Bali mempunyai kaki yang berwarna abu-abu biru dengan empat jari jemari (satu ke belakang dan tiga ke depan).
6. Paruh.
Paruh Jalak Bali tampak runcing dengan panjang 2-5cm, dengan bentuk yang khas karena pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan..
7. Telur.
Jalak Bali mempunyai telur berbentuk oval berwarna hijau kebiruan dengan rata-rata diameter terpanjang 3cm dan diameter terkecil 2cm.
Jalak Bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka,berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Bahkan dimasa lalu tak jarang dijumpai Jalak Bali yang membuat sarang di perkebunan kelapa dekat pemukiman penduduk. Kesukaannya hidup di tempat terbuka ini pula yang membuat mereka mudah ditangkap di alam.
Jalak Bali makan sebanyak satu kali sehari dan makanan yang dikonsumsinya adalah serangga, cacing dan jangkrik. Ia juga memanfaatkan tumbuhan sebagai pakannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang.
Untuk mengembalikan populasi Jalak Bali diperlukan panangkaran, penyelamatan dan penjagaan hutan yang menjadi habitatnya. Apalagi di habitat aslinya, Jalak Bali sangat rawan perburuan sehingga populasinya diperkirakan tinggal belasan.
Selain itu, kerusakan lingkungan yang masih terjadi di Taman Nasional Bali Barat turut menghambat pertumbuhan populasi burung ini. Tidak mengherankan bila survei terbaru yang dilakukan awal tahun 2005 hanya menemukan lima ekor Jalak Bali di alam.
Habitat terakhir Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat hanya terdapat di Semenanjung Prapat agung, tepatnya di Teluk Brubun dan Teluk Kelor. Hal ini menarik karena dalam catatan sejarah penyebaran Jalak Bali pernah sampai ke daerah Bubunan, Singaraja, sekitar 50km sebelah timur kawasan tersebut.
Jalak Bali adalah burung yang biasanya hidup bergerombol, tetapi jika sudah menemukan pasangannya maka burung-burung tersebut akan hidup berdua. Musim Kawin Jalak Bali biasanya berlangsung pada bulan Oktober-November. Mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175cm. Di alam, ia menunjukkan proses berbiak pada periode musim penghujan, berkisar pada bulan November hingga Mei.
Telur Jalak Bali berbentuk oval dan berwarna hijau kebiruan. Untuk pengeraman telur, Jalak Bali memerlukan waktu selama 17 hari.
Penemuan Jalak Bali pertama kali dilaporkan oleh Dr.Baron Streessmann, seorang ahli burung berkebangsaan Inggris, pada 24 Maret 1911. Nama ilmiah Leucopsor rothchildi diambil dari nama Walter Rothschild, pakar hewan asal Inggris, yang pertama kali mendeskripsikan spesies tersebut pada tahun 1912.
Jalak Bali termasuk burung yang sangat mudah dijinakkan, namun sulit ditentukan jenis kelaminnya. Sayangnya burung ini adalah binatang endemik karena hanya dapat ditemukan di Bali (saat ini hanya di dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat). Dikehidupan liar, Jalak Bali tidak pernah dijumpai dibelahan bumi mana pun. Namun demikian Jalak Bali bisa ditangkarkan di dalam kandang.
Kepunahan Jalak Bali di habitat aslinya disebabkan oleh penggundulan hutan dan perdagangan liar. Sejak tahun 1991, satwa yang termasuk kategori kritis dalam Redilist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Menurut sensus, hewan jenis ini hanya tinggal 24-28 ekor. Padahal tahun sebelumnya masih berjumlah 42-48 ekor. Tak heran jika pada tahun 1995 didirikan pusat penangkaran di Buleleng. Tujuannya untuk menghindari kepunahan Jalak Bali.
Kepunahan Jalak Bali memang menjadi ancaman serius. Ironisnya pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak Bali yang berada di pusat penangkaran dirampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan tersebut ke alam bebas.
Ciri-ciri Jalak Bali
Selain kicauannya yang indah, Jalak Bali mempunyai daya tarik yang luar biasa. Tak heran bila pemburu liar dan kolektor burung tergiur dengan pesonanya. Hal ini tampak dari ciri-ciri atau karakteristik Jalak Bali yang khas, yaitu:
1. Ukuran.
Jalak Bali memiliki ukuran panjang kurang lebih 25cm. Tubuhnya mungil sebesar kepalan tangan bayi dengan berat 80-100 gram. Sulit membedakan ukuran badan Jalak Bali jantan dan betina, namun secara umum yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang lebih panjang.
2. Bulu.
Warna bulu disekujur tubuhnya putih bersih dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Pipinya tidak ditumbuhi bulu. Sedangkan jenis-jenis jalak lainnya mempunyai warna bulu yang berbeda, misalnya jalak kebo yang bulunya berwarna hitam, jalak belong berwarna coklat dan jalak suren berwarna hitam putih.
3. Mata.
Jalak Bali mempunyai mata yang berwarna coklat tua, sedangkan daerah di sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua. Ini tampak kontras dengan bulu badannya.
4. Jambul.
Kepalanya dihiasi jambul yang tersusun atas beberapa helai bulu berwarna kuning muda. Keindahan yang mempesona ini terdapat pada jenis kelamin jantan maupun betina. Bedanya, Jalak Bali jantan mempunyai jambul yang berukuran lebih panjang.
5. Kaki.
Jalak Bali mempunyai kaki yang berwarna abu-abu biru dengan empat jari jemari (satu ke belakang dan tiga ke depan).
6. Paruh.
Paruh Jalak Bali tampak runcing dengan panjang 2-5cm, dengan bentuk yang khas karena pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan..
7. Telur.
Jalak Bali mempunyai telur berbentuk oval berwarna hijau kebiruan dengan rata-rata diameter terpanjang 3cm dan diameter terkecil 2cm.
Habitat Jalak Bali
Jalak Bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka,berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Bahkan dimasa lalu tak jarang dijumpai Jalak Bali yang membuat sarang di perkebunan kelapa dekat pemukiman penduduk. Kesukaannya hidup di tempat terbuka ini pula yang membuat mereka mudah ditangkap di alam.
Jalak Bali makan sebanyak satu kali sehari dan makanan yang dikonsumsinya adalah serangga, cacing dan jangkrik. Ia juga memanfaatkan tumbuhan sebagai pakannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang.
Untuk mengembalikan populasi Jalak Bali diperlukan panangkaran, penyelamatan dan penjagaan hutan yang menjadi habitatnya. Apalagi di habitat aslinya, Jalak Bali sangat rawan perburuan sehingga populasinya diperkirakan tinggal belasan.
Selain itu, kerusakan lingkungan yang masih terjadi di Taman Nasional Bali Barat turut menghambat pertumbuhan populasi burung ini. Tidak mengherankan bila survei terbaru yang dilakukan awal tahun 2005 hanya menemukan lima ekor Jalak Bali di alam.
Habitat terakhir Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat hanya terdapat di Semenanjung Prapat agung, tepatnya di Teluk Brubun dan Teluk Kelor. Hal ini menarik karena dalam catatan sejarah penyebaran Jalak Bali pernah sampai ke daerah Bubunan, Singaraja, sekitar 50km sebelah timur kawasan tersebut.
Perkembangbiakan Jalak Bali
Jalak Bali adalah burung yang biasanya hidup bergerombol, tetapi jika sudah menemukan pasangannya maka burung-burung tersebut akan hidup berdua. Musim Kawin Jalak Bali biasanya berlangsung pada bulan Oktober-November. Mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175cm. Di alam, ia menunjukkan proses berbiak pada periode musim penghujan, berkisar pada bulan November hingga Mei.
Telur Jalak Bali berbentuk oval dan berwarna hijau kebiruan. Untuk pengeraman telur, Jalak Bali memerlukan waktu selama 17 hari.
Pertanyaan dan komentar Anda akan segera muncul setelah ditinjau, dan akan segera kami balas. Terima kasih. EmoticonEmoticon